![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4rnJDlfISyJUO7qgzZ68RFRITcOiAxYqzbeX8pCvL1Tyem9TaDwegri_bKM2ktw4avxO6_mDuw4Zl1dxDHESHQraxIJsI2OESfsSc-Tx5jfVw-EcsRd_9VdIIhtPI1er-Rkdc1-Pu4dM/s200/marriage.jpg)
Semalam habis syok melihat satu lagi kejadian pada seorang teman yang kukenal. Another marriage problem, bahkan saat memiliki bayi. Diawali dengan menikah dan kemudian berpisah terentang jarak dengan alasan pemenuhan kebutuhan finansial. Tidak ada yang salah mulanya, semua baik2 saja sampai bertahun kemudian sesuatu yg kecil meetupkan pertikaian. Cinta itu perlu sentuhan, apakah itu bisa selalu dilakukan saat berjauhan? Apa yang harus dilakukan bila kita berjauhan?
Beberapa kisah teman2 yg saya kenal menyelipkan kegetiran, tidak dapat menyalahkan salah satu pihak, karena tidak setiap orang mampu melaluinya. Tidaklah mudah bagi istri untuk berpindah ke negara lain (kota lain), dari yang punya karir, teman segudang menjadi ibu rumah tangga dan teman yg terbatas jumlahnya. Beberapa diantaranya memilih merelakan sang suami bekerja dn hanya bertemu 1-2 kali sebulan. Entah apakah sudah terpikir agi pasangaan tersebut konsekuensinya, kendala2 yang akan mereka hadapi.
Buat sang istri cukup berat menjalani hari2 tanpa suami membesarkan anak2 sendiri walopun dengan imbalan dia bisa bekerja dan tidak kehilangan kehidupan sosial yg telah nyaman baginya. Kepenatan, kepusingan urusan rumah tangga yg dirasakannya sendiri tertumpah saat bertemu suami yang nota bene 2-4 hari saja sebulan. Suami yang merindukan kehangatan, kasih sayang saat pulang alhasil menjadi kecewa. Ketidak mampuan suami untuk merespon kegundahan istri ataupun sebaliknya lama2 menumpuk bak bom waktu. Rasa terabaikan, harus berjuang sendiri, feeling alone and lonely mengakibatkan kedua belah pihak berusaha mencari tempat berbagi cerita lain.
Seringkali tanpa disengaja suami/istri menemukan orang yg mereka butuhkan dan membutuhkan mereka. Akhirnya keberadaan pasangan justru terbaikan. Akhirnya perjumpaan saat akhir pekan menjadi rutinitas yang tanpa arti. Begitu pula apabila terjadi selisih paham, tinggal berjauhan menyebabkan pasangan suami istri merasa jengah dan menunda-nunda penyelesaian masalah. Sehingga salah paham menjadi semakin besar dan parah.
Saya sendiri yakin cinta perlu sentuhan, baik sentuhan secara fisik maupun verbal. Bayangkan saja anak2 kita yang masih kecil, saat mereka tertekan, sedih kehangatan pelukan atau elusan lembut cukup dapat mengobati rasa gelisah mereka. Ajakan bercakap-cakap dengan menatap kedua belah mata, bercanda riang akan membangkitkan kebahagia anak2 kita. Coba saja ketika anak kita sedah sedih dan kecewa, kita abaikan mereka, sudah pasti akan ada kekacauan tambahan yang akan membuat kita menjadi lebih sakit kepala. Memang mungkin kita bisa melihat mereka kembali normal, tapi apakah kita yakin itu tidak meninggalkan jejak kekecewaan pada mereka. Lain halnya apabila kita berusaha menyelami kegelisahan mereka, memberikan pelukan sebagai bentuk perlindungan dan rasa aman, menjadi pendengar mereka yang baik, memberikan dorongan agar mereka kembali ceria, sudah pasti proses recovery anak akan cepat dan mereka sungguh merasakan cinta orang tuanya.
Hal yang sama dirasakan orang dewasa pada umumnya. Jangan berpikir setelah dewasa kita/pasangan tidak lagi membutuhkan itu. Yakinlah kebiasaan memiliki sentuhan fisik maupun verbal yang hangat akan membuat kita dan pasangan lebih tahan terhadap konflik. Sebagai contoh berikan sambutan yang hangat di depan pintu saat suami pulang, tunjukkan kita sangat gembira dengan kehadirannya. sesuatu yang remeh tapi itu menghangatkan hati. Setiap kali harus selalu menjadikan pasangan teman hati, dibandingkan yg lain dialah harusnya yg paling banyak memahami kita. Hal itu lebih mudah buat pasangan yg tinggal serumah, buat pasangan yang tinggal berjauhan permanen, harus bisa selalu menemukan bagaimana caranya menghangatkan hubungan agar pernikahan menjadi kekal hingga maut memisahkan. Jangan sampai pernikahan hanyalah merupakan ikatan hukum dan kewajiban belaka tanpa kita bisa menikmatinya dengan rasa bahagia.
Ditulis masih dalam suasana prihatin.. berharap buat emak2 blogger selalu bisa menemukan cara menghangatkan keluarga