Andai saja jarak terbentang bisa dipendekkan,
andai saja rejeki berlimpah ruah menyiramiku
aku ingin selalu memandang mata teduh dan senyummu
betapa hangat gengangaman tanganmu dan pelukanmu
oh ibu... betapa aku sangat merindumu
Rasa hati yang paling bahagia adalah saat menapak kembali ke rumahmu Ibu, rumah dengan berjuta kenangan manis bersamamau. Harumnya cake buatanmu, lezatnya masakanmu dan tentu sapaan-sapaan lembutmu, Betapa pelukanmu menjadi tempat ternyaman untukku menyembunyikan segala gelisahku, dari kecil hingga sekarang.Ibu ...
Buatku engkau sudah merupakan surgaku, bagaimana tidak, tak jemu-jemu engkau selalu menasehatiku supaya selalu dekat dengan Sang Illahi, satu demi satu kealpaanku kau tegur dengan lemah lembut. Sampai setua ini engkau masih selalu mengingatkanku untuk sholat dengan benar, untuk meninggalkan hal-hal yang syubhat, dan banyak hal supaya kelak hidupku selamat.
Dan apa balasanku ibu ...
Rasanya bisa kuhitung dengan jari aku mengucap kata cinta dan sayang kepadamu. Entahlah lidah serasa kelu walau ada keinginan membuncah di dada. Aku tak pernah bisa membalasmu, bahkan kadang masih menjadi bebanmu.
Maafkan aku ibu ...
Dulu aku begitu tidak suka dengan segala aturanmu untukku supaya mandiri. Pikirku waktu itu toh kita punya si "mbak" yg siap membantu. Tapi dengan tegas engkau mengatakan, si "mbak" digaji untuk membantu ibu bukan membantuku. Ternyata ajaranmu dulu membuatku mudah mengatasi segala pekerjaan rumah sekarang walaupun tanpa "mbak" yang membantu
Dulu aku begitu frustasi ketika uang sakuku menipis tapi engkau memaksaku untuk membelikan sesuatu untuk adikku. Ternyata itu adalah caramu supaya aku terbiasa memberi tanpa mengajukan banyak alasan, caramu mengajariku untuk juga menyayangi dan berkorban untuk saudara-saudaraku.
Dulu terkadang aku suka mengeluh dalam hati apabila engkau memintaku membantuku berjualan, karena customermu yang aneh-aneh, yang kadang suka memakiku, kadang suka membanting pintu, bahkan kadang mengeluarkan anjing untuk mengusirku. Berjalannya usiaku aku jadi memahami, bahwa apa yang engkau usahakan untuk kami anak-anakmu bukan hal yang mudah, perlakuan tak mengenakkan seringkali engkau terima maka tak bijak buat kami anak-anakmu kalau sampai merajuk dan menambah bebanmu.
Aaaahhh rasanya malu aku mengakui, kalau saat ini cucumu kalau merajuk hampir sama sepertiku. Sembunyi di kamar, GTM (gerakan tutup mulut) cukup lama, manyun. Dan aku baru bisa merasakan, betapa marahnya engkau saat aku begitu, sama frustasinya aku ketika menghadapi cucumu. Saat itu aku juga tak peduli melihat wajahmu mengeras menahan marah dan diam berlalu, sama yang aku alami sekarang.
Ibu ....
Maafkanlah anakmu ini, sepanjang usiaku lebih banyak mengecewakan dan menggoreskan rasa khawatir di hari-harimu. Sebenarnya memandang gurat-gurat usiamu, akupun juga merasa sangat bersalah, bahwa banyak hal yang engkau inginkan untukku tak dapat aku penuhi. Seperti kita percaya takdir Allah, aku mohon engkau memaafkan dan menerima dengan iikhlas keadaanku. Bahwa aku memilih tidak bekerja, dan rela mengencangkan ikat pinggang biar cukup
Tahukah engkau wahai ibu, aku sangat bersyukur menjadi anakmu, belajar menjadi wanita pengasih darimu, entah berapa banyak tanganmu selalu terulur untuk orang-orang sekitarmu. Menjadi pengingat buatku bahwa sejahat apapun orang mendzalimimu engkau selalu tersenyum dan ikhlas karena Allah. Tatkala cobaan bertubi datang, walaupun air mata terkadang menetes tapi engkau tegar untuk tetap berdiri.
Aku selalu ingin mencontohmu ibu,
Ingin kelak saat aku menua sepertimu
Meniru kecintaanmu pada Allah, pada keluarga dan untuk sekelilingmu
Semoga Allah selalu melimpahkan kasih sayangNya untukmu
Tulisan ini diikutkan gieaway #DWTBAM
No comments:
Post a Comment