Pages

Saturday, January 25, 2014

Merindu Hijau Bumiku

Sabtu merindu di antara jalanan basah, dibawah langit mendung. Kucoba mencari sesesap bau tanah basah dan semilir angin sejuk dengan aroma hujan nan khas. Tapi ... uurrgghhh hanya bau asap knalpot yang terbawa angin, tanpa bau yang senantiasa kurindukan sehabis hujan. Kupusatku inderaku, hening, hingga putaran detik di jam dindingku terdengar jelas. Pelan kuhirup kembali udara pasca hujan. Huh, hentakan kakiku kali ini mengakhiri penantian yang sia-sia.
 
source here

Sabtu merindu,  diantara crane tinggi yang bertebaran diarea rumahku, celoteh putriku menghancurkan  hatiku , “Rasanya sebentar lagi hutan beton benar-benar akan membabat habis semua pohon disini ya ma? Sepanjang jalan semua membangun gedung-gedung tinggi. Will be no more tree here, so sad. I am afraid when I grow older I will only meet artificial tree like that!”  Keluhnya sambil menunjuk ke arah pohon buatan di depan sebuah gedung.

Masygul, 7 tahun lalu, begitu girangnya anak-anak pindah kemari dari hutan beton Jakarta ke lingkungan berhutan disini. Setiap pagi burung berwarna-warni bernyanyi di depan balkoni. Pulang sekolah berkejaran dengan monyet dan squirrel yang berlarian di tempat parkir. Sekarang, jangankan binatang lucu itu, pohonpun hanya tersisa hitungan jari.
 
source here
Sabtu merindu
dulu ku bisa berpuas menatap bumiku yang hijau di hari sabtu, 
kini sabtuku merana, musnah sudah hijau indah
ia tak pernah akan kembali, walaupun kumerindu setengah mati

Dibuat untuk memeriahkan GA Sabtu Merindu

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...