Mengamati tingkah polah mahasiswa sekarang... sebenarnya dari segi usia pasti mereka sudah matang namanya aja "maha"... so harapannya pola berpikir juga pasti lebih dewasa. Dari pola itu diharapkan pula hubungan antar manusianya pun juga lebih baik tentunya daripada murid SMA/SMP.
Sebagai mahasiswa apalagi mahasiswa tingkat akhir tentunya harus bersikap lebih pintar.. karena sebentar lagi mereka akan berhadapan dengan dunia luar yang tidak dapat diprediksi. Lebih pintar dalam artian... pintar dalam berkomunikasi, pintar dalam bertindak, pintar dalam membuat rencana serta pintar pula dalam berpikir. Seorang pengajar atau dosen pasti akan berharap bahwa anak didiknya pada semester2 akhir ini sudah mengusai ilmu-ilmu tersebut walaupun masih mentah.. tapi tentunya dengan komunitas yang senantiasa dihadapinya ilmu-ilmu pintarnya itu pasti sudah jalan dong....
Namun mungkin harapan dosen tersebut muluk2 terbukti banyak sekali mahaiswa yang ada di tahap tugas akhir justru menyalahkan dosen pembimbing kalau dalam proses penulisan terjadi masalah. Misalnya
1. Dosen susah ditemui... gimana susah ditemui, waktu bimbingan adalah 1-2 semester itu artinya setahun. Kalau seminggu dosen muncul 3x dikampus kalikan aja 40 minggu jadi ada kesempatan 120 kali mahasiswa ketemu dosen. Susah??? jelas kalo mahasiswa mencarinya hanya 1 bulan sebelum dead line dan itupun masa bercuti.... masih nyalahin???? Lagipula tahu waktu sedikit jam makan siang baru mau nyendok kok datang minta waktu sebentar....
2. Sebel tulisan dicorat coret terus... gimana gak disalahin kalo mahasiswa menulis tanpa tahu arah.. asal copy paste skripsi orang. Masih untung kalo copy paste runut ada yang 2 atau 3 kali copy paste plus ditanya juga tidak bisa kasih pendapat.
3. Isinya dirubah2 terus sih... Kalo sudah tidak sesuai... mana mungkin dosen pembimbing setuju dengan kandungan isinya. Dosen bertanggungjawab atas apa yg ada... kalo salah bisa jadi bahan tertawaan teman sekolega (emang enak... )
4. Kenapa sih dosen ini... kita sudah pusing gak tau mau gimana gak mau kasih solusi.... Enak aja...emang siapa yang membuat TA???? Dosen??? Kalo ada 8 mahasiswa bimbingan kena msalah dan dosen semua yang memikirkan solusinya berarti dosen buat 8 TA dong 1 semester jadi gelarnya tambah 8 tiap semsternya. Ini yang paling nyebelin buat dosen kalau ada mahasiswa datang bawa masalah dan satu pertanyaan "terus saya mesti gimana dong pak/bu???" Bukan mereka ada masalah dan beserta list alternatif berikut argumen pendukung. Dari list tersebut minta dosen memberikan pertimbangan... Kalo itu yang dilakukan pasti dosen ybs dengan senang hati memberikan pandangan2nya.
So... mahasiswa yang budiman memang mesti pintar. Jangan menjelekkan atau menyalahkan dosen padahal diri sendiri yang memang tidak pintar. Jangan pernah anda berpikir dosen adalah seseorang yg anda bayar dengan mahal (yg dapat uang lembaga lho...), tapi mereka memang bener-benar mencintai profesi, memiliki banyak pengorbanan untuk menjadikan anda manusia yang lebih baik. Jadi sedikit menghargai mereka dengan tidak melakukan hal2 yang tidak etis. Koreksi diri sendiri, karena mungkin kalo anda berani bersikap jujur kealahan bukan pada dosen tapi ada pada diri anda sendiri.
(ungkapan kekecewaan atas berapa hal yang saya dengar tentang dosen... selamat berjuang buat rekan2 yang masih setia dengan pengabdian mereka)
Hm..Jangan2 yang nulis ini seorang dosen yah?Hehehe, becanda..
ReplyDeleteYah, nyalahin dosen aja emang gak bener juga bos. Tapi kalo nyalahin mahasiswanya aja, juga gak pas. Soalnya, saya juga mahasiswa pasca sarjana yang sedang garap thesis [kebetulan sekarang thesis saya sudah di acc setelah bolak-balik jakarta-jogja selama 2 semeter].
Cuma saya agak kurang setuju dengan pendapat ke-4. Sudah selayaknya dosen ngasih bantuan solusi kalo tulisan mahasiswanya selalu dicoret. Apaan kek, kasih saran buku apa yang sebaiknya dipakai,atau kasih arahan kemana tujuan skripsi atau thesisnya. Sebab, sejak awal menulis, mahasiswa cuma ngikutin kata2 dosen. Kalo tiba2 di tengah jalan mahasiswa dilepas gitu aja, ntar..salah lagi, salah lagi.
Nah, kalo mahasiswa banyak ngomong seperti tulisan di atas, itu karena mereka yang terima konsekuensi, yaitu terus2an bayar spp, atau paling berat di-DO. Sedangkan dosen, gak ada konsekuensi apa2 kalo mahasiswa bimbingannya lulusnya lama.
Tapi sih, menurut saya tetep aja kedua pihak harus saling bekerja sama. Gak ada pihak yang merasa lebih penting, semuanya saling membutuhkan. Mahasiswa tanpa dosen, gak bisa belajar. Dosen tanpa mahasiswa, gak bisa ngajar! Hehe..
Salam kenal dari saya..
Damai.
Salam kenal juga pak...
ReplyDeleteHe2 sorry tapi almost all of them ngikutin apa yang didalam pikiran mhswa kok.. cuma ngarahin kalo salah.. Makanya mesti bawa alternatif2 dan mrk akan kasih comment...
Pak... kalo tujuan skripsi mah yg nentuin mesti penulis dong (kecuali ada proyek dari pembembing untuk menulis materi tertentu)masak pembimbing. Inti dari skripsi kan emang mencapai tujuan penelitian. Nah mesti ada pas buat proposal... proposal OK baru jalan kan????
Dosen berpengaruh lebih besar dalam sebuah skripsi. Jangankan skripsi, tesis bahkan desertasi pun masih seperti itu.
ReplyDeleteSeperti yang anda bilang, proposal OK baru jalan. Yang menilai proposal itu ok atau tidak adalah dosen. Kalau dosen menilai proposal itu tidak sesuai (pastinya sesuai dengan kebenaran menurut dirinya sendiri), maka proposal itu tidak akan di-acc.
Bahkan, dalam menentukan tujuan dan manfaat penelitian pun masih sering dosen yang mengatur.
...
Kalau mau dibilang mahasiswa itu mengecewakan sikapnya, okelah. Tapi bagaimana dengan dosen yang seenaknya membatalkan janji untuk bimbingan. Yang namanya sudah janji, ya harus ditepati.
Lalu bagaimana dengan dosen yang asal meng-acc skripsi mahasiswa tapi kemudian malah membantai mahasiswanya saat ujian. Padahal saat membantai mahasiswanya sendiri, dia udah menunjukkan ketidakmampuannya saat membimbing mahasiswanya.
...
Sekali lagi, cobalah lihat dan dengar dari dua belah pihak. Dosen bisa saja membela diri dengan alasan dia membimbing banyak mahasiswa (kalau nggak mau membimbing banyak mahasiswa, jangan jadi dosen). Tapi yang namanya dosen, dia juga masih punya kewajiban untuk membimbing (walaupun tidak mutlak seperti membimbing anak sd).
Dan mahasiswa, karena seringkali merasa dirinya tidak tahu sebanyak dosennya, wajar donk meminta solusi dari dosennya.
...
Kecewa sama mahasiswa boleh, tapi liat dulu dosennya. Dosen2 di sini masih banyak yang cuma ngejar duit semata. Nggak peduli mahasiswanya jadi apa.
(Itulah mengapa saya memilih seorang guru besar untuk menjadi pembimbing thesis saya. Saya nggak mau dibimbing dosen muda yang cuma tau teori, banyak omong, tapi nggak bisa membantu saya)
Wes.. kalo proposalnya di seminarin gimana... so yg nge-golin ma proposal adalah pembuat keputusan nilai yaitu ketua seminar.
ReplyDeleteMungkin beda tempat beda budaya... kalo dulu aku kuliah baik Unibraw maupun UI dbeda di Unibraw dosen ikut bantai tapi di UI justru pembimbing ikut brantem ma penguji. Tapi tergantung... kalo yg nguji prof dan pembimbing doktor ya kalah pamor jadi diam... kalo sederajat brantem tuh.. jadi mhswa malah cm dengerin.
Sepanjang pengalamanku ada oknum mahasiswa (sekali lagi oknum ya..)yg kadang buat janji jam 10 tapi dia santai datang jam 12 atau lebih dari itu. Yah kalo dosen kemudian ngeles ya jangan disalahin. Banyak dosen2 yg rela berbagi nomor HP spy mhsw yg bersangkutan bisa konfirmasi waktu.
Dosen cari duit... gak tau deh. tapi sebanyak yang aku kenal lebih banyak yg berkorban dari pada uang. kalo mau cari uang jangan jadi dosen...begitu katanya. Coba aja mereka ada rumah mewah di pulomas harga milyaran, mobil aja jaguar tapi kok masih mau mengajar dengan gaji cuma 80rb/sks gak masuk diakal kan? Bimbing mahasiswa swasta cm dapet 100 rb utk 2 smt. Liburan aja ke LN. Kebanyakan mereka happy berbagi dan jangan salah setiap mereka ketemu'an byk hal yg dibahas lo... dan bukan sekedar gosip ;)
Masalah solusi dari dosen pasti mau dong...yang benar aja nama dan martabat dipertaruhkan lo waktu membimbing. Tapi maunya jangan mahasiswa datang tanpa punya jalan apapun... jadi modal dengkul aja. Ini yang terjadi sekarang terutama untuk mhsw swasta (tapi adik iparku jg gitu pdhl ITS ha2...) Hal yg begitu itu yg bikin gemas...
Dosen itu mikirin bener2 kok atas tulisan mahasiswa. Bahkan kalo ada hal yg pelik didiskusikan dengan rekan sejawat. Wes kalo salah ngasih bimbingan dan jadi isu... tidak cuma ketua jurusan tp Pembantu dekan 1 akan turun tangan.
btw thanks.... jangan esmosi :)
:D
ReplyDeleteSaya nggak emosi, cuma sedikit bersemangat saat berpendapat. Btw, terima kasih atas kunjungan balasan ke blog saya.
Yah inti pendapat saya tuh begini, nyalahin mahasiswa kalo telatnya lulus boleh saja, tapi lihat dulu dosennya. Masalahnya nggak sedikit juga dosen yang seenaknya saja.
Masalah dosen yang kaya raya, saya yakin, dia jadi dosen setelah kaya raya. Tapi yang emang berniat jadi dosen sejak mudanya, kadang2 berubah pikiran di tengah jalan untuk ngumpulin duit semata karena tuntutan ekonomi.
Saya mahasiswa (kebetulan di UGM untuk S1 dan S2), dan anda juga seorang alumnus, pasti tau kan rasanya kuliah yang ditekan dua pihak (ortu dan dosen) agar cepat lulus. Walaupun saya (dan mungkin anda) nggak pernah menyalahkan dosen kalo skripsi/thesis agak mandeg, tapi rasanya nggak pas juga kalo hanya nyalahin mahasiswa dalam kasus ini.
Seperti yang anda bilang, lain tempat lain budaya. Dan saya tambahkan, lain orang lain pula pikirannya. Mungkin mahasiswa yang menjelek2an dosennya di depan temen2nya emang menyatakan kebenaran. Mungkin emang dosennya seperti itu.
Jadi? Seperti yang saya bilang di komentar pertama saya, nyalahin mahasiswanya saja nggak pas. Harus dilihat dosennya juga seperti apa.
(tapi bukan berarti saya membela adik ipar anda, karena saya pun nggak tau seperti apa dosen yang membimbingnya.)
Sekali lagi terima kasih udah berkunjung ke blog saya. Boleh saya cantumkan blog anda sebagai link di blog saya? Sebagai kenang2an kalau kita pernah berbeda pendapat mengenai dosen vs mahasiswa.